Di Kitab Perjanjian Lama agama gue, ada kisah klasik Raja Salomo. Suatu ketika Raja Salomo diperhadapkan sama 2 perempuan yang ngaku sebagai pemilik bayi. Ke-duanya begitu meyakinkan ngaku sebagai ibu si-bayi. Tapi ke-duanya ngga bisa ngasih bukti autentik yang bisa mendukung pengakuannya (apalagi waktu itu belum ada tes DNA)
Emank sich mulanya Sang raja agak kebingungan. Tapi sebagai Raja yang dianugrahin kearifan dan kebijaksanaan tingkat tinggi oleh Tuhan, beliau ngga perlu waktu lama untuk mutusin, siapa ibu yang sah di antara ke-duanya. Beliau nyuruh pengawalnya membelah si-jabang bayi jadi 2 bagian, supaya bisa di bagi sama. Jelas Sang Raja engga sungguh-sungguhlah.
Waktu salah satu wanita sujud nyembah Sang Raja sambil nangis dan ngerelaian si-bayi dikasih ke wanita saingannya, tanpa keraguan sedikitpun, Sang Raja justru nyerahin si-bayi pada wanita tersebut. Bukan ke perempuan gila yang setuju membelah si-bayi jadi 2 bagian.
Sang Raja paham banget dong soal cinta dan pengorbanan. Perwujudan yang di tunjukan ibu sejati yang mencintai bayi-nya. Rela mengorbankan rasa cinta itu sendiri demi menjaga agar bayi yang dicintainya tetap hidup. Sang ibu mengorbankan deritanya waktu mengandung, dan keinginannya untuk merawat dan menjaga si-bayi dalam pelukannya, untuk diserahkan ke wanita yang ia ketahui membahayakan si-bayi, semata untuk melindungi nyawa sang bayi dari kemungkinan di belah jadi 2 bagian.
Cinta emang bukan sekedar untaian kata indah yang manis didengar, dan mudah diucapkan. Cinta membutuhkan obyek penerima, sekaligus subyeknya sebagai pendonor. Cinta ngga berarti apa-apa kalo berdiri sendiri. Dan karena itu, cinta tak pernah ada tanpa pengorbanan.
Dalam bahasa lain, cinta dan pengorbanan adalah satu paket yang tak terpisahkan.
Waktu loe mutusin untuk mencinta, berarti loe harus nyiapin diri untuk sebuah, dua buah, tiga buah, bahkan terus berbuahkan pengorbanan.
Cameron Poe, sosok narapidana yang diperankan secara apik oleh Nicolas Cage dalam film Con Air, adalah laki-laki yang sangat mencintai keluarganya. Doski udah nunggu lama banget dalam penjara, cuma untuk nengok pertama kali putri kecilnya yang waktu lahir cuman ketahuinya dari dalam penjara.
(Cameron Poe dihukum karena tanpa sengaja menyebabkan kematian seseorang yang mencoba memperkosa istrinya yang tengah hamil)
Waktu di perjalanan pulang buat ketemuan istri dan anaknya, dia ngadepin situasi dilematis: tetap dalam pesawat yang di bajak para penjahat sadis, dan membiarkan nyawa sahabatnya dalam bahaya, atau pindah ke bus untuk secepatnya ketemu orang-orang tercinta.
Hebatnya, dia milih tetap dalam pesawat yang dibajak para penjahat sadis, guna menyelamatkan nyawa sahabatnya. Walau dengan itu, nyawanya sendiri juga terancam, dan tidak akan pernah melihat anaknya untuk selama-lamanya.
Apakah Cameron Poe ngga mencintai istri dan anaknya, hingga lebih memilih menyelamatkan nyawa sahabatnya….? Faktanya engga gitu. Karena hasrat ketemuan orang-orang yang dicintainya adalah harapan terbesar yang dia impiin sejak hari pertamanya di penjara, 8 tahun sebelumnya.
Tapi dia engga mau kehilangan respek dari istri dan anakanya, kalo suatu saat kelak mereka tahu bahwa dirinya tega membiarkan nyawa sahabatnya dalam bahaya di tengah para penjahat sadis yang membajak pesawat.
Cinta tanpa pengorbanan hanyalah omong besar. Adalah kata yang gue hafal dari SMP. Tapi faktanya, ngga semudah kemampuan gue untuk menghafalnya. Karena dalam perjalanan, gue malah sering kepeleset dalam menjabarkan makna pengorbanan itu sendiri.
--------------------oooo-----------------
Beberapa tahun lalu, gue pernah dengan kesadaran penuh, bikin seseorang mengundurkan diri ‘secara paksa’ setelah gue sodorin selembar kertas pengunduran diri yang udah gue bikin formatnya. Yang bersangkutan tanda tangan, dan kehilangan mata pencaharian.
Emang sih, menurut aturan ketenaga kerjaan, si-karyawan ‘layak’ diberhentiin. Tapi bukan itu persoalannya. Masalahnya justru di diri gue. Pada kesalahan diri gue memilih korban. Bukannya berkorban demi si-karyawan, tapi ngorbanin karyawan tersebut demi egoisme gue, demi predikat sebagai pimpinan yang tegas, berpegang pada aturan, dan loyal pada perusahaan.
Padahal, di posisi dan kapasitas gue, jauh lebih manusiawi kalau gue ngasih kesempatan ke-2 baginya untuk memperbaiki diri. Bukan mengintimidasi karyawan lain, dengan menjadikannya sebagai contoh korban.
Gue lebih memilih penilaian orang lain tentang kapasitas gue sebagai pimpinan yang tegas dan taat aturan, ketimbang sebagai manusia yang punya belas kasihan. Manusia yang lebih punya hati untuk bisa merasakan betapa pedihnya kehilangan mata pencaharian.
Cinta memang mudah diucapkan. Tapi susah dilakonin.
----------------oooo------------------
Gue emank bukan ahli cinta dan kemanusiaan. Tapi gue nolak kalo di bilang ngga tau apa-apa soal cinta. Karena 2 anak perempuan gue adalah salah satu bukti (selain bukti hidup lainnya, yakni para mantan pacar gue, kayaq: Nadya Hutagalung, Maudy Kusnadi, Titi Kamal, Nadine Chandrawinata dan Dian Sastro… Wkwkwkwkw….)
Cinta, adalah anugerah Agung dari Yang Maha Kuasa yang gaungnya makin lama makin pudar di telan gemerlap dunia modern. Ditelan kebutaan nurani akibat napsu serakah akan uang dan kekuasaan.
Cinta udah bukan lagi harta karun yang tetap indah sepanjang masa, sampe-sampe membunuh manusia lain dianggap sebagai perayaan kemenangan yang harus dirayakan dengan gegap gempita.
Padahal, kita adalah mahluk-mahluk produk nyata dari cinta. Cinta yang putih, suci dan Agung.
Dunia kedokteran membuktikan hanya cinta-lah obat tak terkalahkan yang tak berkomposisi kimia, tidak berwarna dan tidak berasa, namun mampu membangkitkan seseorang yang ‘tak berpengharapan’ alias koma, hanya lewat sentuhan-sentuhan dan ungkapan-ungkapan penuh cinta yang senantiasa dibisikan ke telinganya.
Bumi yang kita tinggali mungkin tidak lagi berumur panjang. Namun dengan memperbesar lingkaran cinta, kita punya pengharapan yang lebih indah untuk membuat kehidupan di bumi ini jadi jauh lebih berarti.
Walau memang, sometimes love just ain’t enough……karena memang, cinta butuh pengorbanan.
Menurut loe….?
Hanya dengan hati yang penuh cinta kasih, seseorang bisa menularkan kedamaian (anonym)
(pernah di muat di blog gue yg lain, Juni 2011)