Kamis, 27 Agustus 2020

Sebening Embun Di Pinus Soputan

 

(Antara Zooxanthellae, loe and gue)

Catatan Kecil Menyambut HUT Zoox’ ke-31

 

Sekapur sirih

 


Eaooo,....

Sebenarnya gue ngga terlalu yakin mau nyelesaikan tulisan ini. Bukan semata karena kemampuan menulis gue yang masih amatir, tapi juga kurun waktu yang begitu panjang yang udah berlalu (Dari 1989 ke 2019), hingga berpotensi kental dengan bias, yang bisa mempengaruhi keakuratan isi, karena bertaburan pendapat, opini, dan perspective pribadi.

Tapi gue milih mengambil resiko itu, ketimbang nahan hasrat gue untuk bercerita.  Makanya di judul buku ini sengaja gue selipin imbuhan ‘Catatan Kecil Gue  Karena dengan begitu gue bisa berdalih dengan manis, bahwa ini adalah kolaborasi data, fakta, serta kisah pribadi, yang gue sajikan dalam bentuk buku. 

Gue ngga bikin buku ini buat menyaingi buku-buku hebat tentang petualangan alam bebas kayaq Annapurna-kisah Expedisi wanita pertama di Himalaya, Berburu Nyali di tebing Emas, Between A Rock & A Hard Place, Buku Pintar Petualang Alam Liar, Dead Lucky-Hidup Setelah Kematian Di Everest, Escape Over Himalayas, 5 cm, atau, Petualang Seribu Nyali- Frangky ‘Kengkang’ Kowaas.

Engga sama sekale. Gue ngga ada apa-apanya disbanding semua penulis buku tersebut.


-------------ooo------------

Lewat buku ini gue juga pengen merepresentasikan kebanggaan ke seluruh personil Zoox, yang karena keteguhan, kegigihan, serta komitmen yang kuat, hingga Zooxanthellae masih ada hingga saat ini.

So, doyan ngga doyan, loe kudu mbaca buku ini….hehehe

Sebagaimana philosofy membangun, bukanlah bagaimana berdirinya yang penting, tapi bagaimana mempertahankannya untuk hidup selama mungkin. Dan berkaitan dengan itu, maka penghargaan, penghormatan dan apresiasi yang setinggi-tingginya adalah bagi mereka, seluruh generasi muda MPA Zooxanthellae yang tetap konsist dalam komitmen.  Kalianlah inspirasi bagi buku ini.

Terima kasih buat istri gue, Adriani Abast, serta kedua putri cantik gue, Gracesheila Edelweis and Cornelia S. Sakura, yang selalu jadi embun penyejuk, penyemangat hidup gue, and konsisten njadiin gue pria paling tampan di keluarga.

Apresiasi  juga pantes gue berikan for bro Belly  Watuseke,  Joseph ‘Tato’ Palinggi, and Stanley Tambani, yang  lantaran usahanya, bukan cuma membangun lagi jembatan kenangan antara kaum jompo (apa bedanya sich ama tua..?) dan generasi muda Zoox, tapi juga  memberi ide pembuatan buku ini. 

Gitu juga Bro Glen Wantalangi, dan Steven Kaunang, Achmad Safarudin, yang jadi bagian ngga terpisahkan dari Zoox, serta beberapa Yunior, seperti Sharon Dewi Mengko, Vildo Kasenda, and Oxa Putra Pongajouw, yang udah mbantu nyediain beberapa data yg gue butuhin, serta temen2 laen, yg gue yakinin seyakin yakinnya, udah berkontribusi sangat besar untuk njaga benteng pertahanan Zoox, tapi ngga ketulis di buku cetakan pertama ini.  Mohon bantuannya untuk revisi.

Akhirnya,....Ngga banyak yang bisa gue banggain di hidup kemahasiswaan gue.  MPA Zoox' adalah salah satunya.  Karena gue yakin pernah punya peran untuk tetap existnya MPA Zoox' di FPIK Unsrat.  Setidaknya sampe buku ini gue bikin. 

Gue percaya kata pepatah: ‘ngga ada beling yang ngga pecah  Begitu juga dengan tulisan ini yg tentunya jauh dari sempurna.  Tapi  dengan kerendahan hati, kerinduan sederhana, gue dengan terbuka siap menerima saran, masukan, atau kritik, serta bersedia merevisi buku untuk cetakan selanjutnya.

 

So, gue persembahkan ‘Sebening Embun Di Pinus Soputan’ ini sebagai hadiah HUT zoox ke-31.

 Selamat HUT ke-31 Zoox’


------------ooo------------

Kode Etik Pecinta Alam

 

Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
.

Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, bangsa, dan tanah air

Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagian
dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah yang Mahakuasa

Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran
menyatakan :

1.   Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa

2.   Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam
sesuai dengan kebutuhannya

3.   Mengabdi kepada bangsa dan tanah air

4.   Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat
sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya

5.   Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam
sesuai dengan azas pecinta alam

6.   Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan
pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air

7.   Selesai

 Disahkan bersama dalam Gladian Nasional ke-4, di Ujung Pandang, 1974.

------------ooo------------

TITI TATA TUNTAS

 

TITI                 : meniti: berjalan di titian

TATA              : aturan (biasanya dipakai dalam kata majemuk); kaidah, aturan,

                         dan susunan; cara menyusun; sistem;

TUNTAS        :

1.   Habis (setelah dicurahkan); tidak mengalir lagi
contoh: 'karena kesedihannya itu, air matanya terkuras tuntas'

2.   selesai secara menyeluruh; sempurna (sama sekali)
contoh: 'melintas tuntas, melintas sama sekali tangisnya telah tuntas, tangisnya telah berhenti sama sekali'

3.   singkat dan tegas (jelas)
contoh: '"cepat selesaikan pekerjaanmu," kata ibu tuntas'

 

 

TITI TATA TUNTAS:

Mengerjakan pekerjaan dengan teliti, hati-hati, melalui kaidah perencanaan yang benar, hingga selesai tanpa menyisakan masalah.

 

  -------------ooo------------

 

 1.   Pendahuluan

 

Sebenarnya th 2014 bro Belly Watuseke pernah minta ke gue bikin buku dalam rangka HUT ke-25 Zoox.  Gue seneng campur bingung.  Seneng lantaran gue emang punya cita-cita nulis buku.  Cuman buku yang versi gue banget.  Bukan tentang MPA Zoox dan geliatnya sampe umur ke-25.  Alamak...

Kalo nulis Zoox’ cuma sebatas  kelakuan sinting’ beberapa personil  dari jaman perintis sampe ‘young generation’  mungkin ngga susah.  Lah wong yang waras malah cuma sedikit koq...eheheheh...becanda. Tapi yang ke sono-ke sono, kan cuma beberapa lembar mahluk doang yang gue kenal. 

Informasi  soal Zoox sangat terbatas.  Jangankan nama-nama personilnya, kegiatan-kegiatannya aja cuma dikit yg nempel di benak gue yg udah mulai karatan.  Itu juga salah satu sebab gue sering  men-cuekin waktu ada 1,2,3 ato 10 orang yang minta pertemanan di FB. Padahal mereka personil Zoox.  Ya mau di gimanain, orang gue ngga kenal.

Intermezzo dikit nih.

Beberapa kali ketemu para yunior Zoox, gue mencermati fenomena unik  yg sampe sekarang belom gue temuin jawabannya.

Mereka yang biasanya ‘cokodidi’ dan ‘pecicilan’ (style asli personil Zoox), berubah jadi pendiam dan kalem, mirip lembu sariawan.  Senyuman kurang, cuma menatapi senior-seniornya dengan tatapan yang bahkan mentalist sekelas Dedi Cobuzier ngga mampu menterjemahkannya.

Para yunior mungkin mikir: Darimana nich asep mau keluar, dari mata, ato kuping’..hehehe.

‘Jiaahh, gue kira yg namanya perintis dan senior tua-tua ada burung Elang ato Monyet nangkring di bahunya,...koq cupu gini ya  

Yee,...emangnya kita si-buta dari goa kampret...

Hahaha....canda adalah salah satu benang merah yang emang ngga boleh putus dalam urat nadi zooxanthellae.  Tertawa bersama badai   Begitu trend setter-nya Yani Ihu, and Sapto (pasti mereka juga lupa)

Walau cuma beberapa kali ketemuan, gue bisa ngeliat kalo warna Zoox’ berubah.  Dari era mesin ketik ke Ipad, dari telephon koin ke Smartphone, dari diary ke facebook (hehe...ngga nyambung  kali ya..)  Tapi itu logis, karena perubahan adalah dinamika yang ngga bisa di hindari.  Cuma perubahan itu sendiri yang ngga berubah.

Frekuensi mendaki gunung ‘gila-gilaan’ adalah orientasi awal dari MPA Zooxanthellae.

Jiaaah, udah kepanjangan ya...ok, kita balik lagi.

Singkatnya, ide bikin buku tersebut bablas angine. Terpuruk di sudut gua tergelap.  Waktupun beranjak, dan kita melupakan ide itu, sampe,..Karena sebuah urusan kecil, gue ngutus putri tertua gue,-Edelweis, untuk nemuin personil Zooxanthellae.  Dan kerinduan itu kuncup lagi.

Malemnya, waktu gue ngadepin laptop, syair lagu legendaris Iwan Fals ‘Yang Terlupakan’ mengalun manis di kuping gue…

..rasa sesal di dasar hati, diam tak mau pergi.  Haruskah aku lari dari kenyataaan ini…pernahku mencoba tuk sembunyi, namun senyummu tetap mengikuti

Dan gue udah ngga bisa lagi nahan hasrat itu.  Hasrat untuk nulis catatan dalam bentuk buku.

Biasanya gue mulai ngetik jam 21.00 malam.  Rokok, and kopi kental di sebelah kiri, laler sama nyamuk di kanan sebagai cemilan.  Trus gue usir pikiran gue (yg jarang dipake) untuk jalan-jalan ke masa lalu.  10 menit pikiran itu jalan-jalan, loh,..loh, koq yang muncul malah adegan dramatis ketika almarhum ketua pertama,-Iwan Que masih hidup.   

Waktu itu di pinus Soputan.  Malam dingin bersetubuh dengan kegelapan.  Kita duduk melingkar dalam kelaparan yang amat sangat, nungguin  supermi yang jumlahnya sangat ala kadarnya, yang siap diangkat sang chef master hutan.

Demi lebih mendekat ke sasaran, salah satu temen bergerak mendekat.  Dan bencana bermula dari sana.  Kakinya nyentuh kayu penyanggah tempat supermi, yang langsung tumpah tanpa perasaan ke pasir Soputan.  Kita semua menggeram, dengan seringai ala Srigala, yang tidak tertarik lagi ke supermi panas yang udah melebur dengan pasir.  Kita udah siap menerkam hidup-hidup sang penumpah supermi, yang wajahnya dengan serta merta berubah kayaq Dory di film Finding Nemo.  Ya, tumpaaaaahhhh” Ujarnya, dengan suara miris dan nelangsa.

Demi melihat aroma pembantaian nan brutal akan terjadi malam itu, Ketua langsung berdiri, dan memerintahkan kita semua satu set dalam kondisi perut lapar, dan kedongkolan hingga ke sum-sum tulang, tapi tetap mengarahkan pandangan ke supermi yang tumpah.  Dan endingnya gampang di tebak: kita semua, dengan sumpit dari ranting ranting pinus kering, tetap menyerbu dengan buasnya supermi hangat yang sudah menyatu dengan pasir.  Gila, gue masih terharu nginget moment itu. Nginget Ketua, sekaligus moment ketika kita bertransformasi jadi ayam Hutan.  Kukuruyuuuukkk.

 

Bagaimana bisa, kamu lupakan yang tak mungkin dilupakan,...

Aku slalu cinta, tapi kamu tidak....(syair lagu kotak)

(Ketua Pertama MPA Zooxanthellae,-Iwan J. Que (Alm), meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil di jalan tol, Jakarta, Juni, 1996 )

Pengen liat foto...? Klik link ini:

https://photos.app.goo.gl/mcsh7L9wbJcajj8F9

                                                       

                                                          ------------ooo------------

Akhirnya, otak gue yang gue usir ke masa lalu, berhasil menemukan lagi  jendela masuk ke kenangan dulu. Silhuet sinar mentari,  bintik-bintik embun, desahan pinus, gemercik sungai, deburan ombak, kicauan burung, desir angin, rinai hujan, dan hamparan pasir.  Otak gue tenggelam, dan ampir ngga balik lagi.

Mmhh,...Mahasiswa Pecinta Alam Zoxanthellae akhirnya memenuhi sel-sel kelabu  di otak gue yang akhirnya ada yang mau ngontrak ....hehehe...

Beberapa puluh tahun lalu gue inget pernah ada bapak-bapak tua yang tanya ke gue: ‘Kenapa kita suka ngeliat birunya laut ? Karena kita pernah merasa begitu tenang dan damai dalam rahim ibu, dan terbungkus air.’  Si-bapak njawab pertanyaannya sendiri.

Mungkin bapak itu bener.  Kita menyukai matahari terbit, pemandangan indah, dan lautan biru, karena kita tercipta dari unsur-unsur alam (yang bukan Lawelle).  Kita adalah bagian tak terpisahkan dari seluruh alam semesta.

Di FPIK Unsrat, MPA Zooxanthellae hadir,  selain kebutuhan penunjang minat mahasiswa, MPA Zooxanthellae juga mempertegas eksistensi kita sebagai bagian tak terpisahkan dari alam.  Hingga itulah sebabnya, buat sebagian orang, sulit untuk  ngga jatuh cinta sama eksotisnya pinus Soputan kalo pernah dengar desah dedauanannya, menyentuh embun yang menggayutinya, dan berbaring di atas guguran daun keringnya.

MPA Zoox juga mengajarkan indahnya punya teman.  Yg waras dan ‘sedikit’ ngga waras.

(sambil becanda, gue pernah bilang ke salah satu personil muda Zoox, si-Oxa, kalo anggota zoox’ adalah sekumpulan orang yang ngga punya otak.  Kenapa…? Ya iyalah, lah wong kita banyak ngelakonin aktifitas yang pengen di hindarin banyak orang.  Mendaki gunung misalnya.  Ketika orang udah pada ngorok di kasur empuk, sambil berusaha mimpiin Cindy Crawford, Jenifer Lopez,  Demi Moore, ato Dian Sastro (angkatan gue), eh kita malah tertatih-tatih menembus malam sambil nggendong ransel menapaki Klabat, Soputan, and Lokon, sambil siap basah dan kedinginan di belai hujan).

Di bawah kepak sayap Zooxanthellae FPIK kita pernah sama-sama berguru pada kehidupan.

 

 Sejarah Kelahiran MPA Zooxanthellae

Ngomong sejarah berarti ngomong masa lalu.  Karena pengertian sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.  Oleh karena itu, masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, hingga para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.

Cuman, kalo di sini kita juga harus membahas lebih dalam soal terminologi & periodisasi sejarah, mendingan kita lanjut S2 di Fak. Sastra, hehe...kidding.

Dan dalam kaitannya dengan umur Zoox’ yang ke-31 tahun, harap maklum yang semaklum-maklumnya kalo banyak episode yang ngga bisa tersaji utuh.

Selain itu, dalam banyak hal, sejarah memang tidak harus memuat totalitas kisah detail-demi detailnya,  yang terpenting harus tersusun dengan jujur.  Dalam sejarah Ken Arok dan Ken Dedes misalnya, hampir mustahil ditemukan manuskrip yang menceritakan merk sabun mandi, odol, lotion, ato conditioner yg di pake Ken Dedes waktu mandi. 

Jadi kalo gue tulis bahwa selama 31 tahun ngga pernah ada mahluk lain selain Phytecantropus Erectus di ruang Mapala, bukan berarti gue bohong kalo ternyata pernah ada anggota yang melihara kucing, burung kakatua, ato kutu di kepalanya.  Itu cuma persoalan informasi yang kurang lengkap aja kan.

Tapi kalo gue bilang Jason Statham, ato Megan Fox pernah njabat ketua MPA Zoox’, berarti gue udah melakukan pembohongan sejarah zoox’.

  ------------ooo------------

 

Naif rasanya kalo ngomong sejarah lahirnya MPA Zooxanthella tanpa melibatkan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.  Karena FPIK adalah rahim kelahiran MPA Zoxanthellae. 

Cukup jelas kalo seorang harus terdaftar sebagai Mahasiswa FPIK dulu  sebelum yang bersangkutan menjadi anggota MPA Zooxanthellae.  Dan tanpa uraian panjang lebar, tujuan orang yang kuliah di FPIK adalah jadi Sarjana, sedangkan menjadi anggota MPA Zooxanthellae adalah penyaluran minat dan bakat.  Jangan di balik : ‘jadi anggota MPA Zoox’ adalah tujuan utama, dan kuliah sekedar hobi  Itu sich salah kulum sob.  Pacar orang loe kulum…..bwahahaha.

 

Lahirnya MPA Zooxanthellae

 

Singkatnya, selesai Opspek tahun 1989, FPIK yang di motori Senat Mahasiswa, dengan mba Winda Mingkid selaku pimpinan regu,  mendaki bareng  ke gunung Soputan dengan mengklaim sebagai Mahasiswa Pecinta Alam, dan mengusung tema ‘operasi semut’.  Eh tunggu,..mmhh,..operasi semut....sebenarnya secara pribadi gue bingung gimana ceritanya koq sebuah kegiatan yang ngumpulin sampah di jalur ke gunung bisa di kasih label operasi semut.  

Padahal, kalo ditilik dari pemakaian katanya, kan bisa aja kita membayangkan sebuah situasi yang serba putih, dengan meja preparasi, lengkap sama piso, gunting, dan obyek yang siap dioperasi, yang ternyata,....hehehe,..semut coy.  Tapi yah udahlah, anggap intermezo.  

Bahkan konon sempat di lakukan seleberasi pelantikan.  Namun kelompok yang tidak memiliki ketua, dan anggota itupun dengan serta merta ‘membubarkan diri’ seusai kegiatan  dengan hanya ‘menyisakan’ sebuah bendera yang memang dicetak demi kegiatan tersebut.

Berada dalam kondisi vakum, dan ‘ngga jelas’ beberapa  gelintir angkatan 1989 yang maniak nongkrong, dan mendaki gunung bareng, atas petunjuk dan arahan sdri Johana Pelafu sebagai senior, bersepakat menghadirkan kelompok Pecinta Alam independen.

Cuman dari beberapa pertemuan, dan pembicaraan yang semula ingin ‘keluar’ dari cangkang FPIK, kita disadarkan pada pepatah  di mana bumi di pijak, di sono bumi di junjung’ Heeeyy,..kita di bawah naungan FPIK sob.  Sampe akhirnya, setelah melalui beberapa pertemuan yang berpindah-pindah karena keterbatasan ruang kuliah, istilah Zooxanthellae dicetuskan oleh Bapak Elvis Bataragoa atas usulan sdri Johana Pelafu, dari beberapa ide nama yang diusulkan.  Dan resmilah Mapala Zooxanthellae lahir dari rahim FPIK, sebagai salah satu extrakurikuler.

Tapi tunggu dulu, sebelum kejauhan dan kebablasan, kita kudu tahu dulu dong apaan sich Zooxanthellae ?

Zooxanthellae termasuk dalam fitoplankton yang  bersimbiosis dengan hewan karang.
Apaan tuh  hewan karang?
Sebenarnya terumbu karang dibentuk oleh simbiosis antara hewan karang dan zooxanthellae.
Hewan karang sendiri termasuk dalam avertebrata laut yang bersifat menetap dan berbentuk polip ketika menemukan substrat yang cocok.  Waktu masih  larva, hewan karang  bersifat planktonik.
Gimana sich Simbiosisnya ?
Simbiosis mutualisme terjadi antara karang dan zooxanthellae.  Zooxanthellae yang bisa  fotosintesis  memberikan unsur makanan bagi karang. Sebenarnya karang sendiri juga memiliki kemampuan menangkap mangsa dengan organ tubuhnya yang disebut nematosis. Bagi zooxanthellae sendiri, mereka mendapatkan tempat berlindung yang aman dalam jaringan tubuh karang.  Yang pasti, zooxanthellae  hidup di dalam jaringan hewan karang, dan bikin  terumbu karang jadi kinclong, alias warna-warni. 
Beberapa penelitian juga nyebutin kalo  eksistensi zooxanthellae di jaringan tubuh karang bisa meningkatkan sistem kekebalan karang terhadap penyakit.  Gimana  mekanismenya,  gue juga belom  dapet literaturnya.   Tahu ngga,  zooxanthellae bisa keluar dari jaringan tubuh karang kalo suhu air laut yang tinggi.  Proses ini dikenal dengan istilah coral bleaching.

 
  ------------ooo------------

Setelah resmi lahir sebagai Mahasiswa Pecinta Alam, sebagian besar personil yang membidani lahirnya Zooxanthellae  sadar kalo pengetahuannya tentang  hidup di alam bebas, serta konsep mengelola organisasi Pecinta Alam yang dimilikin minim banget, hingga meminta bantuan FKPA (Forum Komunikasi Pecinta Alam) Sulut yang mengutus wakilnya, yakni sdr Kiki Tandayu dan Sdr. Eron Sumampou untuk memberikan materi-materi Pendidikan Dasar dan Praktek lapangan selama kurang lebih 3 minggu di berbagai lokasi seperti batu kota, Tonsea Lama, kaki gunung Lokon dan Gunung Soputan.

Usainya semua kegiatan Pendidikan Dasar, menandai babak baru perjalanan Mapala Zooxanthellae dengan proses pelantikan anggota pertama yang unik : panitia penyelanggara Digdas, sekaligus anggota yang di lantik.  13 orang anggota yang membidani lahirnya Mapala Zooxanthellae akhirnya juga menjadi 13 anggota pertama yang sah mengalungkan slayer pertama kali.  

Mereka adalah : Iwan J. Que (Alm), I Eko Setiawan, Alam Lawelle, Sunaryo Saripan, Jefry Lepar, Belly Watuseke, Stanley Tambani, Joseph Palinggi, Ramona Ginting, Achmad Paransa, Suzan Tahulending, Suzana M. Paath dan R.Ticoalu.

Setelah beberapa saat beraktifitas,  MPA Zooxanthellae berdasarkan kesepakatan bersama memilih ketuanya yang pertama, yakni Iwan J. Que, setelah sdri Johana Pelafu menolak jabatan tersebut karena pertimbangan tertentu.

Udah, gitu dulu.  Untuk lebih lengkap, silahkan baca bukunya.  Hanya mengganti ongkos cetak plus ongkir.  

Pemesanan silahkan email ke : nibor961@gmail.com   

BUBU, ALAT TANGKAP IKANKAH,...HUHUEEYY

  Hola,...Tabea, Sampurasun...Pia Habare.... Boleh toh nimbrung lagi dikit....eheheh,...ngga usah ngerutin kening kayaq gitu keles. Sant...