Jumat, 07 Oktober 2022

Harapan, Obsesi Mistis, dan Hidup Realistis

Loe mungkin pernah nonton film Beauty & The beast.  Yap,...kisah pangeran Ganteng yg dikutuk jadi buruk rupa, dan cuma bisa balik ke wujud asal kalo ada wewene yg sudi & tulus nge-kiss doski.  Alamak,.....alapak.aladek,....halah...

All of you bisa ngebayangin dong betapa nelangsanya harapan semu si Ganteng yg jadi jelek.  Apesnya, kutukannya kan not only muka jelek, tapi juga tongkrongan doski yg ampir mustahil di lewatin seekor gadispun.  Jangan gadis manusia, Iguana betina aja mungkin mikir mau lewat situ. 

Tapi yah, namanya juga film kan, agak kurang afdol kalo endingnya ngga happy.  Maka diutuslah seorang gadis cuantik dan berhati mulia, yang kesasar ke lokasi si Jelek, dan merubah segalanya.

 

-------------ooo---------

Pernah denger kisah cinta Katie Holmes, seorang artis remaja  Amerika yg sukses membintangi serial TV Dawsons creek’s...?  Ia  jatuh cinta setengah mati pada Tom Cruise  sejak ia berumur 15 tahun.  Aku ingin menikah denganmu...” Ujarnya  setiap hari, pada foto Tom Cruise yang ia tempel  di pintu kamarnya.

Ajaibnya, mimpi-mimpi  Katie Holmes akhirnya menjadi kenyataan.  Ia menikah dengan sang aktor pujaan, -Tom Cruise, yang terpaut usia 16 tahun.  Sayangnya usia pernikahan itu hanya 5,5 tahun, setelah Katie menggunggat cerai Tom Cruise.

Apakah Katie Holmes tidak mencintai Tom Cruise lagi, setelah bertahun-tahun tergila-gila ?  Faktanya ya gitu.  Setelah harapannya terkabul, ia memilih berhenti mencintainya. 

Harapan mula-mulanya tidak seindah kenyataan....

-------------ooo---------

Gue mendaki gunung sejak umur 15 taon, ato  tahun 1986.

Gue pernah duduk di puncak Merbabu & Slamet (Jateng), Pangrango (Jabar), Tangkuban Perahu (Jabar), Salak (Jabar), Dua Sudara (Bitung), Klabat (Airmadidi), Lokon (Tomohon), Soputan (Tompaso), Mahawu (Tomohon), Manado Tua (Manado), dan Ambang (Kotamobagu), yang kalo gue totalin semuanya sekitar 60 x pendakian dari 1986 s.d 2022 (terakhir Lokon).

Ada kepuasan ‘mistis’ yg  engga berarti apa-apa buat orang lain, selain diri gue sendiri.  La iyalah, coba deh lu pikir,  emang apa yg pendaki gunung harapin dari perjalanan melelahkan,  yang kadang kedinginan di guyur ujan, kepanasan, and laper, manakala orang lain tidur pules ditengah kelonan bantal empuk,....? Puncak Gunung,...yang abis itu kita turun lagi,...krn sebuah harapan mistis untuk sebuah jawaban berbau philosofis dari pertanyaan “ Ngapain cape-cepe mendaki tapi akhirnya turun lagi..?”

“Jawabannya ada di Puncak Gunung”

Oh my god dragon (artinya,.. astaga naga kata bro Ray R R)

 

-------------ooo---------

Viktor E. Frankl, psikolog kelahiran Wina, Austria th 1905, adalah psikolog yang karena kondisi perang Dunia, terpaksa menjalani kehidupan bersama ribuan tawanan lain, termasuk ayah, ibu, dan istrinya, mengalami sebuah penyiksaan fisik dan mental yang tiada taranya, yg dalam istilahnya ‘merobek-robek jiwa manusia’ di kamp bernama Auschwitz.

Viktor, dengan mata kepalanya sendiri, melihat ayah, ibu, dan istrinya, tewas di sana.

Viktor juga menceritakan bahwa dirinya, dan teman-temannya hafal bagaimana ciri-ciri orang yang akan gugur.

Setelah perang usai, Viktor berhasil selamat, dan bertahan dari penyiksaan kejam tersebut.

Ia melanjutkan karirnya sebagai psikolog yang turut membantu para bekas tahanan yang jiwanya masih terpenjara. Dia berpikir bahwa mereka yang hidupnya dilanda kekelaman adalah orang yang perlu dibantu dalam pencarian makna hidupnya. Dia yang bukan hanya bebas secara fisik, namun juga jiwanya bebas dikarenakan makna hidup yang ia dapatkan di sana.

Viktor akhirnya menemukan sebuah metode penyembuhan psikologis seseorang lewat pencarian makna hidup dan tujuan hidup karena menurut Viktor, makna hiduplah yang akan menyelamatkan seseorang.

Dalam bukunya, Man’s Search For Meaning, Viktor menuliskan “Saya memandang hidup dengan penuh makna dan tujuan. Sikap yang saya terapkan pada hari yang bersejarah tersebut telah menjadi paham hidup saya: Leher Saya Memang Patah, Tapi Itu Tidak Mematahkan Hidup Saya”.

Menurutnya, “Orang yang selamat bukanlah orang yang optimis, karena mereka yang optimis akhirnya meninggal karena harapan mereka yang tidak segera terwujud untuk bebas dari kamp, bukan orang yang pesemis karena mereka akan gugur karena tidak memiliki harapan apapun. Mereka yang realistis yang akan bertahan hidup...”

Viktor menemukan makna hidupnya melalui kamp yang mengerikan. “Saya tahu, tanpa penderitaan saya tidak mampu berkembang”

-Viktor E. Frankl

 

 

**Turut berduka mendalam untuk semua keluarga korban tragedi stadion Kanjuruhan** 


 

2 komentar:

  1. Me juga ngga tau mau komen apa akan tulisan ini. Tapi 1 hal sepertinya qta sepaham deng om Victor. Qta tidak akan berkembang klo qta tidak pernah mengalami penderitaan. So... Semangat menderita, karena apa yang tidak membunuhmu pada akhirnya akan membuatmu menjadi lebih kuat. Eh... Itu lagu ya. Tapi related. So...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya...iya...iya. Nice word: apa yg tdk membunuhmu pd akhirnya akan membuatmu menjadi lebih kuat. Thanks udah mampir sob.

      Hapus

BUBU, ALAT TANGKAP IKANKAH,...HUHUEEYY

  Hola,...Tabea, Sampurasun...Pia Habare.... Boleh toh nimbrung lagi dikit....eheheh,...ngga usah ngerutin kening kayaq gitu keles. Sant...